Kamis, 27 Maret 2008

Ssssstt.., Ada Bocoran UNAS 2008

Bagi Siswa Kelas III SMA yang sudah lama nginjen Bocoran UNAS 2008, silahkan sekarang dapat di akses di sini and GRATIS lagi. Yang ini benaer-bener bocoran dari DEPDIKNAS / PUSPENDIK.
Sepertinya gak sabaran lagi ya..., ya udah silahkan akses Link di bawah ini :

Bahasa Inggris IPA / IPS
Bahasa Indonesia IPA / IPS
Matematika IPA
Matematika IPS
Fisika
Kimia
Biologi
Ekonomi
Geografi
Sosiologi

Informasi ini boleh di berikan/di tularkan/di sampaikan atau apalagi lah, pokoknya boleh and boleh...kepada siapa saja yang membutuhkan.
Tapi ingat anda dosa kalo menarik beaya lho...


Rabu, 12 Maret 2008


Satu lagi Guess Star Siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta menggondol Medali Perak dari Kejuaraan Karate Tingkat Nasional. Yang diselenggarakan oleh FORKI di Kampus UIM Yogyakarta pada hari Jum'at 7 Maret - Ahad 9 Maret 2008. Dalam Kejuaraan "Sunan Kalijogo Cup". Dia adalah Nama : Jendri Ferdian Fatah Kelas : XI.IS.4. Menurut pengakuannya dia dikalahkan oleh Kontingen dari Malaisya. Dan dia tidak dapat menjelaskan ketiaka ditanya, mengapa ada Kontingen dari Malesya kan ini kejuaraan tingkat Nasional ?.
Tapi itulah kenyataannya, sehingga mendudukan dia sebagai Juara 2.
Juara 1 di gondol oleh Malesya dan Juara 3 dikantongi tuan rumah Yogyakarta.
Kepala Sekolah atas nama keluarga besar SMA Muhammadiyah 2 Surakarta mengucapkan " Selamat atas Preatasinya". semoga membawa manfa'at dan dapat ditingkatkan dikemudian hari.


Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan seks makhluk hidup dapat terus bertahan menjaga kelestarian keturunannya.
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri (Handbook of Adolecent psychology, 1980). Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja kita tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan, seringkali remaja sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual terlebih lagi jika harus menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut.


Karena meningkatnya minat remaja pada masalah seksual dan sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari sumber informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang mendapatkan seluk beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet.
Memasuki Milenium baru ini sudah selayaknya bila orang tua dan kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik anak dan remaja agar ekstra berhati-hati terhadap gejala-gejala sosial, terutama yang berkaitan dengan masalah seksual, yang berlangsung saat ini. Seiring perkembangan yang terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan. Pandangan sebagian besar masyarakat yang menganggap seksualitas merupakan suatu hal yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan sendirinya setelah mereka menikah sehingga dianggap suatu hal tabu untuk dibicarakan secara terbuka, nampaknya secara perlahan-lahan harus diubah. Sudah saatnya pandangan semacam ini harus diluruskan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan membahayakan bagi anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Remaja yang hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll, adalah contoh dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas. Karakteristik Seksualitas Remaja. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Karakter seksual masing-masing jenis kelamin memiliki spesifikasi yang berbeda hal ini seperti yang pendapat berikut ini : Sexual characteristics are divided into two types. Primary sexual characteristics are directly related to reproduction and include the sex organs (genitalia). Secondary sexual characteristics are attributes other than the sex organs that generally distinguish one sex from the other but are not essential to reproduction, such as the larger breasts characteristic of women and the facial hair and deeper voices characteristic of men (Microsoft Encarta Encyclopedia 2002)
Pendapat tersebut seiring dengan pendapat Hurlock (1991), seorang ahli psikologi perkembangan, yang mengemukakan tanda-tanda kelamin sekunder yang penting pada laki-laki dan perempuan. Menurut Hurlock, pada remaja putra : tumbuh rambut kemaluan, kulit menjadi kasar, otot bertambah besar dan kuat, suara membesar dan lain,lain. Sedangkan pada remaja putri : pinggul melebar, payudara mulai tumbuh, tumbuh rambut kemaluan, mulai mengalami haid, dan lain-lain.
Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja ke arah kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Hal tersebut merupakan suatu yang wajar karena secara alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan.
Perilaku Seksual
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Obyek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan agresi.
Sementara akibat psikososial yang timbul akibat perilaku seksual antara lain adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi. Disamping itu tingkat putus sekolah remaja hamil juga sangat tinggi, hal ini disebabkan rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid yang hamil diluar nikah. Masalah ekonomi juga akan membuat permasalahan ini menjadi semakin rumit dan kompleks.
Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai :
Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.
Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.
Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.
Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah) maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut.
Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono (Psikologi Remaja,1994) adalah sebagai berikut :
Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu
Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain)
Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut.
Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa yang dengan teknologi yang canggih (cth: VCD, buku stensilan, Photo, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.
Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.
Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria.
Pendidikan Seksual
Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak ( dalam Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga, 1991). Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan permasalahan seksual. Selain itu tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang tua yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut. Dalam hal ini maka sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah besar.
Tujuan Pendidikan Seksual
Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.
Menurut Kartono Mohamad pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab (dalam Diskusi Panel Islam Dan Pendidikan Seks Bagi Remaja, 1991). Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987)
Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut :
• Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.
• Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab)
• Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi
• Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
• Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
• Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
• Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.
• Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja.
Beberapa Kiat
Para ahli berpendapat bahwa pendidik yang terbaik adalah orang tua dari anak itu sendiri. Pendidikan yang diberikan termasuk dalam pendidikan seksual. Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya. Kemudian usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.
Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan:
• Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
• Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
• Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun t belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
• Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
• Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.
Saya yakin pasti masih ada cara-cara lain yang dapat anda gunakan dalam mendidik anak remaja anda. Akhir kata saya berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi remaja, orang tua dan pendidik dalam membentuk remaja menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki kualitas kehidupan yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan yang lebih berat di masa yang akan datang. (jp)
_________________________

Minggu, 09 Maret 2008

TRY OUT SMP / MTs


Hari Ahad tgl. 9 Maret 2008 OSIS SMA Muhammadiyah 2 Surakarta mengadakan TRY OUT SMP, bekerja sama dengan "Nurul Ilmi". Yang di ikuti oleh SMP/MTs Negeri/Swasta se Kota Surakarta. Alhamdulillah mendapat sambutan yang luar biasa dari adik-adik SMP/MTs, terbukti dari peserta TRY OUT yang hadir sejumlah 609 Peseta.
Dalam acara Try Out ini OSIS juga menggelar Panggung Musik untuk memberi ruang expresi dan memnghibur pada adi-adik yang selesai berpusing-pusing ria mengerjakan soal-soal Try Out. Banyak juga adik-adik Peserta Tru Out Yang tampil meramaikan Panggung Musik.


Mengexpresikan kebolehannya diatas panggung. Suasana jadi ramai
dan meraka semua nampak senang dan gemgira. Sebagian yang lain berkeliling melihat-lihat fasilitas belajar yang ada di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta.
Mulai dari Perpustakaan, Lab.Fisika, Lab. Kimia, Lab. Biologi, Lab. Matematik, Lab. Bahasa, Lab. Audio Visual, Lab. Komputer, Lab. Internet, Stusio Musik, dan Kantin.
Yang paling banyak mendapatkan kunjungan adalah Lab. Internet. Mereka bebas berinternetria disana. Juga Studio Musik. Untung Studio Musiknya Kedap suara sehingga tidak mengganggu yang di luar. Nampaknya remaja kita banyak yang berbakat
Musik.Ini Perlu pemikiran supaya bakat-bakat mereka bisa tersalur.

Kepala Sekolah dan OSIS SMA Muhammadiyah 2 Surakarta atas nama Keluarga besar mengucapkan "Terima Kasih" kepada adik-adik yang telah mengikuti Try Out. Yang telah berjalan dengan tertip dan lancar.Semoga membawa manfaat,spirit dan motifasi dalam rangka menghadapi Ujian Nasional nanti. Do'a kami semua semoga adik-adik berhasil Lulus semua. Amiin.

HASIL UJI COBA UAN 2008
SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

RANK NAMA PESERTA SMP NO PESERTA MAT INDO ING SAINS Total Rerata
1 IHWAN ADDIN M 38449 9,00 7,50 8,00 7,20 31,70 7,93
2 RIFQI MUHTAR 38731 9,00 7,50 8,00 6,80 31,30 7,83
3 AGAM NUR WAHID 38735 8,50 8,00 7,20 7,60 31,30 7,82
4 MUHAMMAD SIDIQ 38734 9,00 6,50 7,60 8,00 31,10 7,78
5 ARIEF FUADI 38768 6,50 6,50 8,00 5,60 26,60 6,65
6 SONNY 38267 6,00 6,00 8,80 5,60 26,40 6,60
7 TOMI HARTANTO 38738 5,00 8,50 7,60 4,80 25,90 6,48
8 BANGKIT S 38275 4,00 7,50 9,20 4,80 25,50 6,38
9 MUH HUDA MAJID 38767 6,00 7,00 7,20 5,20 25,40 6,35
10 ARIS SETIAWAN 38226 6,00 7,00 6,40 5,60 25,00 6,25
11 EKKY OKTAVIANA 38437 3,50 7,50 7,60 6,00 24,60 6,15
12 ADE PUTRI 38296 4,00 8,50 6,40 5,60 24,50 6,13
13 ANNISA NABILA S 38014 4,50 8,00 8,00 4,00 24,50 6,13
14 SHOLAHUDIN 38047 6,00 6,00 6,00 6,40 24,40 6,10
15 AHMAD FALAHUDIN 38733 4,00 7,50 8,00 4,80 24,30 6,08
16 MUHAMMAD HABIB 38265 3,00 6,00 8,40 6,80 24,20 6,05
17 EMA NURMA C 38748 3,00 7,50 7,60 6,00 24,10 6,03
18 BAKHTIAR IMAM S 38588 4,50 8,50 6,00 4,80 23,80 5,95
19 HIRAKI R E C 38827 3,00 7,00 7,20 6,40 23,60 5,90
20 KATHERIN DIAN P 38059 3,50 7,50 6,80 5,60 23,40 5,85
21 LISYA NURLAILY 38751 5,00 8,00 6,00 4,40 23,40 5,85
22 FAJAR DATIK K 38162 4,50 6,50 6,40 6,00 23,40 5,85
23 DIAN SABTA DEWI 38836 3,00 8,50 6,00 5,60 23,10 5,78
24 ANLIKA PUT I H 38438 5,00 6,50 7,20 4,40 23,10 5,78
25 ISTI CHOIRUNISA 38663 3,00 8,50 5,60 6,00 23,10 5,78
26 WINIMAS AYU T D 38816 5,50 6,00 6,40 5,20 23,10 5,78
27 SELVIYANI 38486 2,50 8,50 7,20 4,80 23,00 5,75
28 DWI ADITYA 38110 4,00 6,50 6,40 6,00 22,90 5,72
29 SHINTYA AYU R 38582 3,00 7,00 7,60 5,20 22,80 5,70
30 WINARTI BAROKAH 38215 4,50 7,00 6,00 5,20 22,70 5,68
31 AJENG S P 38295 3,50 8,00 6,00 5,20 22,70 5,68
32 M IRSYAD S 38729 5,00 6,50 5,20 6,00 22,70 5,68
33 BAGUS SETYO N 38266 3,50 6,00 8,80 4,40 22,70 5,68
34 NUR HAYATI 38163 4,50 6,50 6,40 5,20 22,60 5,65
35 ABDUL ISHAK 38643 3,50 7,50 8,00 3,60 22,60 5,65
36 IBROHIM H 38744 4,50 7,00 6,80 4,00 22,30 5,58
37 ADI APRIYANTO 38740 4,00 7,50 6,40 4,40 22,30 5,57
38 FERDHIO ANGGA P 38594 5,00 6,00 6,40 4,80 22,20 5,55
39 LIDYA CHANDRA 38013 4,50 6,50 7,20 4,00 22,20 5,55
40 DINA KURNIASIH 38481 2,50 8,00 7,20 4,40 22,10 5,53
41 AGUSTYN MARDIKA 38439 4,50 6,00 7,20 4,40 22,10 5,53
42 FINDA AYU P 38681 2,50 8,00 6,80 4,80 22,10 5,53
43 ISTIQOMAH 38136 4,00 6,50 4,80 6,80 22,10 5,53
44 SRI PURWANING 38815 5,00 5,50 6,80 4,80 22,10 5,53
45 NURROCHMAN 38595 4,50 7,50 5,20 4,80 22,00 5,50
46 ENDAH DWI S 38764 5,00 6,50 5,60 4,80 21,90 5,48
47 SRI TARMINI 38137 4,00 5,50 6,80 5,60 21,90 5,47
48 ANA PUTRI M 38745 2,50 7,00 6,00 6,40 21,90 5,47
49 WILDAN 38599 4,50 7,00 5,20 5,20 21,90 5,47
50 MUHAMAD GOFUR N 38293 4,00 7,50 6,40 4,00 21,90 5,47
51 IMADUDIN B 38730 3,00 8,00 5,60 5,20 21,80 5,45
52 PINANINGSIH 38218 3,50 7,50 6,00 4,80 21,80 5,45
53 MEGA MASELLA 38478 3,00 8,00 7,20 3,60 21,80 5,45
54 YUNI LESTARI 38829 5,50 3,50 7,60 5,20 21,80 5,45
55 HANAFI TRI L 38476 3,00 5,50 8,00 5,20 21,70 5,43
56 WULAN PROBOWATI 38317 3,50 7,00 6,00 5,20 21,70 5,43
57 NISA RESTIKA 38480 2,50 7,50 7,20 4,40 21,60 5,40
58 KURNIA R 38482 4,50 5,50 6,80 4,80 21,60 5,40
59 IKA FITRI A 38724 3,00 7,00 6,80 4,80 21,60 5,40
60 ZULI PRANITA S 38732 2,50 7,00 6,00 6,00 21,50 5,38
61 HUSNIYAH PUTRI 38145 2,50 7,00 7,20 4,80 21,50 5,38
62 IKA AYU W 38224 3,00 8,00 6,80 3,60 21,40 5,35
63 BAHARUDDIN 38737 4,00 6,50 6,00 4,80 21,30 5,33
64 PONDRA SANJAYA 38207 4,50 6,00 6,80 4,00 21,30 5,33
65 ZULFANUDIN 38018 4,00 4,50 6,40 6,40 21,30 5,33
66 BELINDA DELLA M 5,00 7,00 5,20 4,00 21,20 5,30
67 TRI SETYO N 38810 3,50 6,50 5,20 6,00 21,20 5,30
68 PUTRIE NUR W 38759 2,50 7,50 5,60 5,60 21,20 5,30
69 M DIAN PRADANA 38809 5,00 6,50 6,80 2,80 21,10 5,28
70 ILMAN NURROKHMN 38227 4,00 5,50 5,60 6,00 21,10 5,28
71 ANIS ST ROHIMAH 38151 2,50 6,50 6,40 5,60 21,00 5,25
72 TQNNY CH W 38274 3,00 6,00 8,00 4,00 21,00 5,25
73 BAMBANG SUDOMO 38206 4,50 6,00 6,40 4,00 20,90 5,22
74 MEIRAWATI W 38786 5,50 6,50 5,20 3,60 20,80 5,20
75 ERITHRYNA N E P 38075 4,50 7,00 4,40 4,80 20,70 5,18
76 KENZA ROFI D 38436 3,00 6,50 7,20 4,00 20,70 5,18
77 ITA ROHAYATI 38651 2,50 7,00 6,40 4,80 20,70 5,18
78 ARGA SAMUDRA 38272 3,00 4,50 8,80 4,40 20,70 5,18
79 HERLINA M 38270 3,00 6,50 6,80 4,40 20,70 5,18
80 NUR CAHYO WAHYU 38273 2,50 6,50 7,20 4,40 20,60 5,15
81 SISKA ANGGRAINI 38758 4,50 6,00 4,80 5,20 20,50 5,13
82 KIKI AMANDA S 38298 3,50 7,00 4,00 6,00 20,50 5,13
83 BEJO UTOMO 38213 4,00 6,00 6,00 4,40 20,40 5,10
84 HENDRO SETIYOKO 38225 3,00 7,00 6,00 4,40 20,40 5,10
85 SANDY 38291 4,00 6,00 6,00 4,40 20,40 5,10
86 MONICA RISTI N 38297 3,50 6,50 4,40 6,00 20,40 5,10
87 ELYSANURHASANAH 38104 3,50 6,00 6,40 4,40 20,30 5,08
88 SUHARTATIK U 38475 3,50 8,00 5,60 3,20 20,30 5,08
89 NINDIAS DWIKKY 38824 2,50 7,00 6,00 4,80 20,30 5,08
90 SULIANA 38442 3,50 6,00 5,60 5,20 20,30 5,08
91 DODDI KURNIAWAN 38080 4,50 5,00 6,80 4,00 20,30 5,08
92 JAMILAH 38246 2,50 7,00 6,40 4,40 20,30 5,08
93 FARIDA RIZKY A 38495 2,00 7,50 6,80 4,00 20,30 5,08
94 KURNIA AYU K S 38133 4,00 5,50 6,40 4,40 20,30 5,08
95 DIMAS DWI P 38090 3,50 7,50 4,80 4,40 20,20 5,05
96 SUTARTO DWI S 3880 5,50 5,50 5,60 3,60 20,20 5,05
97 AHMADSYAIFUDIN 38036 4,00 6,50 4,80 4,80 20,10 5,03
98 THOURIA R 38798 4,50 5,50 5,20 4,80 20,00 5,00
99 SAMSUDIN 385*3 2,50 5,50 6,40 5,60 20,00 5,00
100 M SEPTIAN YOVIA 38678 5,00 7,00 2,80 5,20 20,00 5,00
101 LILIK ANGGAR S 38082 3,50 6,00 4,80 5,60 19,90 4,97
102 ARIF AGUS S 38679 4,00 7,00 3,60 5,20 19,80 4,95
103 IFA ROSELINA Z 38026 3,50 7,50 4,80 4,00 19,80 4,95
104 TIAN SETYANTO 3810 4,00 4,50 6,40 4,80 19,70 4,93
105 TRI HAPSARI 38247 2,50 8,00 4,40 4,80 19,70 4,93
106 VINCENTIA G PCH 38800 4,50 6,00 5,20 4,00 19,70 4,93
107 ROULINA AISYIAH 38814 4,00 6,00 4,80 4,80 19,60 4,90
108 FATIMAH 39753 3,00 7,00 6,40 3,20 19,60 4,90
109 HALIMAH ASSA D 38144 2,50 5,50 7,20 4,40 19,60 4,90
110 ELI MERNAWATI 38648 3,50 4,50 5,60 6,00 19,60 4,90
111 HASNAH NIMALTA 38448 2,00 7,50 6,80 3,20 19,50 4,88
112 EKA RAHAYU M 38152 3,00 6,50 5,20 4,80 19,50 4,88
113 ENDAH RAHAYU P 38288 4,50 7,00 4,40 3,60 19,50 4,88
114 RAHMANDA RA 38782 5,50 5,50 6,00 2,40 19,40 4,85
115 HARYADI 38743 3,50 5,50 6,40 4,00 19,40 4,85
116 PURNAMASARI 38580 3,50 7,50 4,80 3,60 19,40 4,85
117 ARINA TRI K S 38765 3,00 6,00 6,40 4,00 19,40 4,85
118 FADHIAAH 38008 4,50 6,50 4,40 4,00 19,40 4,85
119 JOKO PEBRIANTO 38444 1,50 7,50 6,40 4,00 19,40 4,85
120 PUTRI P 38579 3,00 7,50 4,80 4,00 19,30 4,83
121 NIKI EDY P 38612 3,50 5,00 6,00 4,80 19,30 4,83
122 EDWIN SAVESTA 38781 5,00 5,50 5,60 3,20 19,30 4,83
123 WASIS PAMBUDI 38311 4,00 6,00 4,00 5,20 19,20 4,80
124 DESI ARI YANI 38279 5,00 7,00 4,40 2,80 19,20 4,80
125 NUGRAHENI DIA 38021 3,50 6,50 6,40 2,80 19,20 4,80
126 HERTIAS P 38682 2,00 8,00 4,80 4,40 19,20 4,80
127 ROSITA PUTRI I 38607 3,00 6,50 6,00 3,60 19,10 4,78
128 RINI TRI A 38726 2,50 7,00 5,60 4,00 19,10 4,78
129 NURUL HAZAR A 38328 3,50 5,50 4,00 6,00 19,00 4,75
130 NONIK NOVI T S 37890 3,50 5,50 4,80 5,20 19,00 4,75
131 NURAINI IRAWATI 38754 2,50 6,50 5,20 4,80 19,00 4,75
132 RATNA SARI LD 38719 2,00 6,50 5,60 4,80 18,90 4,72
133 OTI FARIDA 38058 2,50 6,00 6,80 3,60 18,90 4,73
134 RIZKY AMALIA 38581 3,00 7,00 5,60 3,20 18,80 4,70
135 LULUT K 38811 5,00 5,00 5,60 3,20 18,80 4,70
136 ASTRI CIPTA S 38803 3,00 7,00 4,80 4,00 18,80 4,70
137 DEWI PUSPITA S 38772 4,50 5,00 5,20 4,00 18,70 4,68
138 ESTI LIYANI 38103 3,00 6,50 6,80 2,40 18,70 4,68
139 DWI SEPTIANI 38773 3,00 6,00 6,40 3,20 18,60 4,65
140 NANANG DWI F 38315 2,50 6,50 6,00 3,60 18,60 4,65
141 APRILINA E C 38784 3,00 6,00 6,40 3,20 18,60 4,65
142 PLANGGU DIWAT I 38722 3,00 6,00 5,60 4,00 18,60 4,65
143 RIASTIKA 38199 4,00 5,00 5,20 4,40 18,60 4,65
144 KAWULANENG G 38750 3,00 7,50 4,00 4,00 18,50 4,63
145 MUGIAR I 38650 3,50 7,00 3,20 4,80 18,50 4,63
146 NOVI RIAS S 3860 2,00 6,50 5,60 4,40 18,50 4,63
147 WAHYU WIDIYA W 38132 3,50 5,00 6,40 3,60 18,50 4,63
148 EKA MAWARNI YS 38070 3,50 7,00 5,20 2,80 18,50 4,63
149 YUNIATI WARDANI 38491 2,50 8,00 3,60 4,40 18,50 4,63
150 ENY SULISTYON 38644 1,50 7,00 4,40 5,60 18,50 4,63
151 TRI DETA F 38833 4,00 5,50 4,00 4,80 18,30 4,58
152 METTY F F 38335 4,50 7,00 3,20 3,60 18,30 4,58
153 SYARIFAH 38142 3,00 6,50 4,40 4,40 18,30 4,58
154 YUSUF APRIYANTO 38003 4,00 7,50 3,60 3,20 18,30 4,58
155 SANTI MAHARANI 38217 4,00 7,50 3,60 3,20 18,30 4,58
156 MATHIAS C 38620 5,00 4,50 3,60 5,20 18,30 4,58
157 TYAS SAPUTRI 38216 3,00 6,50 4,80 4,00 18,30 4,58
158 JEREMY 38621 5,00 4,50 4,40 4,40 18,30 4,58
159 RIA NUR WULAN D 38654 2,50 7,00 4,00 4,80 18,30 4,58
160 NIKEN T N 38440 3,50 6,00 3,60 5,20 18,30 4,58
161 ADITYA F 38264 2,00 7,50 4,80 4,00 18,30 4,58
162 NETTY LUSYANA 38797 2,50 6,50 4,40 4,80 18,20 4,55
163 RINA YULIANA 38284 4,50 6,50 3,20 4,00 18,20 4,55
164 SRIPUJIYATI 38336 2,00 7,00 4,00 5,20 18,20 4,55
165 MUHAMAD WAHYU B 38238 2,00 6,50 5,20 4,40 18,10 4,53
166 NUR HALIMAH 38143 1,00 7,00 5,20 4,80 18,00 4,50
167 VICTOR 38611 5,00 5,00 2,80 5,20 18,00 4,50
168 YURI LINGGA N 38259 1,50 6,50 6,80 3,20 18,00 4,50
169 IRFAN SANTOSA 38042 4,50 5,00 6,00 2,40 17,90 4,47
170 ARIF SUJATMIKO 38177 2,00 7,50 3,60 4,80 17,90 4,47
171 AANPRASETYOWATI 3 38139 4,00 5,50 3,60 4,80 17,90 4,47
172 NANIKSUSILOWATI 3 5 3,50 6,00 4,40 4,00 17,90 4,47
173 SUGIYANTI 38661 4,00 5,50 3,20 5,20 17,90 4,47
174 DANIK M 380 7 5,50 6,00 2,80 3,60 17,90 4,48
175 RIRIN RAHMAWATI 38825 3,00 6,50 4,40 4,00 17,90 4,47
176 HALIMAH FAJAR I 38220 5,00 4,50 4,80 3,60 17,90 4,48
177 NATALIA K 3860* 3,00 6,00 5,60 3,20 17,80 4,45
178 FAJRIATUN NIMAH 38158 2,50 6,50 5,20 3,60 17,80 4,45
179 SITI HAYATI D F 38447 2,00 7,00 5,20 3,60 17,80 4,45
180 ANISA KUSUMA W 38302 3,00 6,00 4,00 4,80 17,80 4,45
181 ANIS RAHMAWATI 38657 3,00 8,00 4,40 2,40 17,80 4,45
182 NANANG PRAKOSA 38783 4,50 4,50 4,80 4,00 17,80 4,45
183 NUR ANITA 38222 3,00 6,00 4,80 4,00 17,80 4,45
184 AGUSTIN DWI A 38185 3,00 6,00 2,80 6,00 17,80 4,45
185 RATNA YUNITA 38835 2,50 8,00 5,20 2,00 17,70 4,43
186 ARUM PUTRI 38608 3,00 5,50 5,20 4,00 17,70 4,43
187 NUR HAPSARI 38184 3,50 5,00 3,20 6,00 17,70 4,43
188 DIANDRA 38258 1,00 7,50 7,20 2,00 17,70 4,43
189 SITI UMAYAH 38830 2,00 6,00 6,40 3,20 17,60 4,40
190 IMM BUKHORI 38034 5,00 5,00 3,20 4,40 17,60 4,40
191 AYU PERMATA S 38161 2,00 6,00 5,60 4,00 17,60 4,40
192 AGUS DWI S 38326 4,00 6,00 4,40 3,20 17,60 4,40
193 ANILA DAMAYANTI 38821 5,00 5,00 4,80 2,80 17,60 4,40
194 DESY RAHMAWATI 38791 3,50 6,00 4,40 3,60 17,50 4,38
195 RIKY ZAKUB 38638 3,50 6,00 4,00 4,00 17,50 4,38
196 FATIMAH 385** 3,50 6,00 4,40 3,60 17,50 4,38
197 ERYANI MUSLIMAH 38202 5,00 2,50 5,20 4,80 17,50 4,38
198 FERIAWATI 38818 3,50 5,50 3,60 4,80 17,40 4,35
199 BETTY M K 38749 2,50 6,50 5,20 3,20 17,40 4,35
200 SHELY P 38283 4,50 6,50 3,20 3,20 17,40 4,35
201 FAJAR SLAMET S 38789 4,00 5,00 5,20 3,20 17,40 4,35
202 KIKI MARSHEILA 38254 2,50 6,50 3,60 4,80 17,40 4,35
203 SHINDI SINTA S 38831 4,00 5,00 3,20 5,20 17,40 4,35
204 WI I FATIKHATUN 38756 2,50 8,50 3,60 2,80 17,40 4,35
205 ROBIYAH 38243 4,00 6,50 3,20 3,60 17,30 4,33
206 FAUZIYAH F S 38147 3,50 5,00 4,40 4,40 17,30 4,33
207 ERLIS OKTIVIANI 38157 1,00 7,50 5,20 3,60 17,30 4,33
208 WIJI LESTARI 3 255 3,00 5,00 4,40 4,80 17,20 4,30
209 TOBING NUR H 38492 2,50 5,50 4,80 4,40 17,20 4,30
210 ANA MUNAWAROH 38801 5,00 5,00 4,40 2,80 17,20 4,30
211 HAVY KRISTOYO 38204 4,00 4,00 6,80 2,40 17,20 4,30
212 MILA RANI S 38192 4,50 5,50 4,80 2,40 17,20 4,30
213 HELMI ASNA 38649 1,50 6,50 5,60 3,60 17,20 4,30
214 ARIF IBNU B 38625 4,00 8,00 2,80 2,40 17,20 4,30
215 ALFIAN PANDU 38304 2,00 6,00 4,00 5,20 17,20 4,30
216 CLAUDIA YUKI M 38263 3,50 6,50 3,60 3,60 17,20 4,30
217 DEBI ARI ANA 38280 4,00 6,00 2,80 4,40 17,20 4,30
218 DIANTY REZITA 38289 3,50 6,50 4,80 2,40 17,20 4,30
219 ERLINA NARI A S 38666 4,00 6,00 3,20 4,00 17,20 4,30
220 CAHYANI 38659 2,50 7,50 4,00 3,20 17,20 4,30
221 DEWI NOVIAS 38180 2,50 7,50 3,20 4,00 17,20 4,30
222 INO YUDI K 38808 1,50 6,00 4,40 5,20 17,10 4,28
223 NIKA TRI H 38652 3,00 6,50 5,20 2,40 17,10 4,27
224 CATUR YUNAPRA 38002 3,00 6,50 3,20 4,40 17,10 4,28
225 LINDA L 38611 2,50 7,00 3,20 4,40 17,10 4,28
226 FENI DEWI S 38727 3,00 8,00 3,20 2,80 17,00 4,25
227 WIDYANA 38094 2,50 4,50 4,80 5,20 17,00 4,25
228 SRI SAYEKTI 38123 3,50 5,50 3,60 4,40 17,00 4,25
229 RATNA WULANDARI 38286 4,00 5,00 4,80 3,20 17,00 4,25
230 MUH AZIZ 3,00 6,00 4,40 3,60 17,00 4,25
231 RUDI SANDI P 38633 2,50 6,50 4,80 3,20 17,00 4,25
232 RICHO RIAWAN 8 38720 4,00 3,00 4,40 5,60 17,00 4,25
233 IKALIALITA BAYU 38310 3,50 5,50 4,40 3,60 17,00 4,25
234 MARYATI 38647 3,00 5,50 3,60 4,80 16,90 4,22
235 AFAN H 38062 5,00 5,50 2,80 3,60 16,90 4,23
236 RINA AYU W 3858* 2,00 6,50 5,60 2,80 16,90 4,22
237 WAHYU WAHID 38882 5,00 5,00 4,00 2,80 16,80 4,20
238 IMA NUR I 38829 4,00 4,00 5,60 3,20 16,80 4,20
239 REMITA S 385*1 3,50 6,50 5,20 1,60 16,80 4,20
240 MIT AHUN NURUL 38479 3,00 5,00 4,00 4,80 16,80 4,20
241 NUR ASTUTI WD 38121 2,50 5,50 5,60 3,20 16,80 4,20
242 NIA ISWANTI 38658 2,50 5,50 4,80 4,00 16,80 4,20
243 DESI KUMALA S 38120 2,50 5,50 5,60 3,20 16,80 4,20
244 IKE ROZITA DEWI 38303 4,50 3,50 4,80 4,00 16,80 4,20
245 WAHYU KW 38182 3,50 6,50 3,60 3,20 16,80 4,20
246 YOGA GRAHA P 3 38721 3,50 4,00 3,60 5,60 16,70 4,18
247 EKO PRASETYO B 38445 1,50 6,00 4,80 4,40 16,70 4,18
248 KUS SUPARNO 38203 4,00 3,50 6,80 2,40 16,70 4,18
249 KRISTIANTO A 938739 2,50 5,00 6,80 2,40 16,70 4,18
250 INEKE R A 38112 3,50 4,00 4,80 4,40 16,70 4,18
251 DIAN PERTIWI 38111 3,50 4,00 4,80 4,40 16,70 4,18
252 WISNU 38281 3,50 4,00 3,20 6,00 16,70 4,18
253 LISA FADILLA A 38066 2,00 5,50 6,40 2,80 16,70 4,18
254 DWI NUR AINI 38138 3,00 6,50 4,00 3,20 16,70 4,18
255 SISKA AYU M S 38033 4,00 7,50 3,60 1,60 16,70 4,18
256 MURNIYATI NUR H 38249 2,50 5,00 6,00 3,20 16,70 4,18
257 KRISTANTO 38742 2,50 7,00 5,60 1,60 16,70 4,18
258 MUH BUH ANUDIN 38029 4,50 7,00 2,40 2,80 16,70 4,18
259 ARDHANA YOGA S 38278 2,50 5,00 4,40 4,80 16,70 4,18
260 MUHAMMAD SYAFII 3 1 7 4,00 5,00 3,60 4,00 16,60 4,15
261 NOFITA A 38605 2,50 6,50 4,40 3,20 16,60 4,15
262 ASTI WAHYU N 38131 3,00 4,00 4,80 4,80 16,60 4,15
263 OKI BAGUS S 38172 1,00 6,00 4,80 4,80 16,60 4,15
264 AHMAD MUKHLIS I 38736 3,00 4,00 5,60 4,00 16,60 4,15
265 JODY IRAWAN 38632 3,00 4,00 4,40 5,20 16,60 4,15
266 GUNAWAN 38640 3,00 4,00 5,20 4,40 16,60 4,15
267 AGUS SUGIYANTO 38630 4,00 7,00 2,80 2,80 16,60 4,15
268 MOH FAIZAL V S 38292 3,50 5,00 2,80 5,20 16,50 4,13
269 ERIK YUDHA A 31683 4,50 4,00 3,20 4,80 16,50 4,13
270 WAHYU HARTANTO 38067 3,00 5,50 4,80 3,20 16,50 4,13
271 PUTRI CAHYANTI 38787 2,00 6,50 6,80 1,20 16,50 4,13
272 SITI RAHAYU 38025 4,00 4,50 3,20 4,80 16,50 4,13
273 MURNI ENDAH S 38160 1,50 7,00 4,40 3,60 16,50 4,13
274 DWI MURYANI 38134 3,50 5,00 4,80 3,20 16,50 4,13
275 AGIL PRIBADI 38276 2,50 5,50 4,00 4,40 16,40 4,10
276 RIYA INDRIYANI 38190 2,50 5,50 4,40 4,00 16,40 4,10
277 SAIFUL 38636 4,00 6,00 2,00 4,40 16,40 4,10
278 NUNUNG 38319 2,50 7,50 3,60 2,80 16,40 4,10
279 DEWI ERNASARI 4,00 6,00 3,20 3,20 16,40 4,10
280 DENI SUTRISNO 38641 4,00 6,00 3,20 3,20 16,40 4,10
281 TOMI YUSANDI 38723 4,00 4,00 4,40 4,00 16,40 4,10
282 ADI WIJAYA 38046 2,50 5,50 4,00 4,40 16,40 4,10
283 LAILY NUR A 38755 3,00 7,00 3,60 2,80 16,40 4,10
284 LARASA TI Y 38606 2,50 7,00 3,60 3,20 16,30 4,08
285 ANNA SAFITRI 38819 2,50 7,00 3,20 3,60 16,30 4,08
286 AYUK FUTMASARI 38899 2,50 7,00 3,20 3,60 16,30 4,08
287 REZA HASTADI S 384 3 3,00 4,50 6,00 2,80 16,30 4,08
288 ILHAM SYARIF 38230 3,50 6,00 3,60 3,20 16,30 4,08
289 TEGUH R 38084 4,00 3,50 4,00 4,80 16,30 4,08
290 DAVINA RIZKY N 38305 2,50 7,00 3,60 3,20 16,30 4,08
291 IKHWANUDIN H 38474 1,50 5,50 6,00 3,20 16,20 4,05
292 ISNIANA R 38599 2,00 7,00 4,00 3,20 16,20 4,05
293 HERI PRASETIO 38012 3,00 6,00 4,40 2,80 16,20 4,05
294 AHMAD FANNY R 38487 3,00 4,00 5,60 3,60 16,20 4,05
295 SUCI PUJIASTUTI 3805* 2,50 6,50 4,40 2,80 16,20 4,05
296 LIA ISNAINI 38747 3,00 6,00 4,40 2,80 16,20 4,05
297 GILANG RIZKY 38812 2,00 5,00 5,60 3,60 16,20 4,05
298 MUH A AZZAM 38022 3,00 5,50 4,40 3,20 16,10 4,03
299 AWANGKU M Z R 38423 1,00 5,50 5,20 4,40 16,10 4,03
300 NUCKI SONDJA A 38032 2,00 6,50 5,60 2,00 16,10 4,03
301 YUNI WIDIASTUTI 38262 2,00 6,50 4,40 3,20 16,10 4,03
302 TIKA PURNAMA S 3,50 5,00 4,40 3,20 16,10 4,03
303 IGA LARASHATI 38153 2,00 4,50 4,80 4,80 16,10 4,03
304 LEGARIA SUSANTI 3 1 3,50 5,00 3,60 4,00 16,10 4,03
305 VERA ALVIANI 38832 3,50 5,00 4,40 3,20 16,10 4,03
306 WAHYU PUTRA 387 6 4,00 4,50 5,20 2,40 16,10 4,02
307 ANIS DIAN 38421 4,00 4,00 4,80 3,20 16,00 4,00
308 SINTA AYU 38212 1,50 6,50 4,00 4,00 16,00 4,00
309 SUMIATI 38665 2,00 6,00 3,60 4,40 16,00 4,00
310 ARIE WAHYU J R 3807 3,00 5,00 4,00 4,00 16,00 4,00
311 SAVIRA 38577 1,50 4,50 5,20 4,80 16,00 4,00
312 HERMAWAN INDRAY 38642 1,50 4,50 6,00 4,00 16,00 4,00
313 ANIES FEBRI H 38610 1,50 6,50 3,20 4,80 16,00 4,00
314 PANDHI 38635 3,50 6,50 2,40 3,60 16,00 4,00
315 ANGGUN I R 38766 3,00 5,00 5,20 2,80 16,00 4,00
316 DETIK 38020 3,50 4,50 4,80 3,20 16,00 4,00
317 SULIS SULAWATI 38646 3,50 4,00 4,40 4,00 15,90 3,98
318 MEGO GONDO 38092 3,50 4,00 4,80 3,60 15,90 3,98
319 YENI YULIAWATI 38261 2,50 7,00 3,20 3,20 15,90 3,97
320 FAJAR ARIF B 38473 3,50 4,00 4,40 4,00 15,90 3,98
321 NOVITA SARI 38256 2,50 4,50 4,40 4,40 15,80 3,95
322 TULUS JOKO S 38074 3,50 5,50 4,00 2,80 15,80 3,95
323 WAHYU SUHENDRA 38624 4,00 7,00 2,00 2,80 15,80 3,95
324 AGUNG SETYO N 38077 1,50 5,50 4,00 4,80 15,80 3,95
325 ERY MULYONO 38631 2,50 4,50 4,40 4,40 15,80 3,95
326 SRI SUPANTI 38130 3,50 5,50 4,00 2,80 15,80 3,95
327 WAHY UBINTANG P 38122 2,00 5,00 4,80 4,00 15,80 3,95
328 AGNES TRIA N 38776 4,00 5,00 4,40 2,40 15,80 3,95
329 SURYONO VERRY 38119 2,00 5,00 4,40 4,40 15,80 3,95
330 PANDU SETYAWAN 38770 1,50 5,50 4,80 4,00 15,80 3,95
331 WINARSIH 38599 3,00 6,00 3,20 3,60 15,80 3,95
332 BAYU SUKMA EKA 38089 3,00 6,00 2,80 4,00 15,80 3,95
333 ABDUL MALIK 38761 2,00 7,00 4,00 2,80 15,80 3,95
334 AGUS TRIYONO 38004 4,00 7,00 2,40 2,40 15,80 3,95
335 KIKI NOVITA 38664 4,50 4,00 4,00 3,20 15,70 3,93
336 RICA PUTRI R 38159 2,00 4,50 4,40 4,80 15,70 3,93
337 FITRIANA 3812 3,00 3,50 4,00 5,20 15,70 3,93
338 MIRA 38124 3,00 3,50 4,00 5,20 15,70 3,93
339 PRAMUDITA A 38135 2,00 6,50 4,00 3,20 15,70 3,93
340 DITIA GALIH W 38240 2,50 6,00 4,40 2,80 15,70 3,93
341 YUYUN 38250 2,50 6,00 3,20 4,00 15,70 3,93
342 ADITIA REFOT A 38048 4,00 4,50 4,80 2,40 15,70 3,93
343 YULI ASTUTIK 38065 3,50 6,50 2,80 2,80 15,60 3,90
344 ENY TEJANINGRUM 38601 2,50 5,50 3,60 4,00 15,60 3,90
345 HESTIINDRAYANI 38049 1,50 4,50 5,20 4,40 15,60 3,90
346 SRI HARTATIK 38333 2,50 5,50 4,40 3,20 15,60 3,90
347 ELSA SAPTARINI 38081 3,00 4,50 4,40 3,60 15,50 3,88
348 INDRIANTO 3 616 2,50 5,00 5,20 2,80 15,50 3,88
349 SANTOSA 38015 3,00 4,50 4,40 3,60 15,50 3,88
350 SRI LESTARI 38757 2,50 7,00 2,80 3,20 15,50 3,88
351 DESSY RATNA A 38248 2,50 5,00 5,20 2,80 15,50 3,88
352 C ANIN TIUR W 38822 2,50 7,00 3,20 2,80 15,50 3,88
353 ARIFBUDIAWAN P 38164 2,00 5,00 3,60 4,80 15,40 3,85
354 DESI SEPTIANI 38717 1,00 6,00 4,40 4,00 15,40 3,85
355 MUJAHIDIN 38067 2,50 4,50 4,40 4,00 15,40 3,85
356 MUCHLIS DWI C 38088 2,50 4,50 4,80 3,60 15,40 3,85
357 ADITYA WARMAN 38043 4,50 4,50 3,60 2,80 15,40 3,85
358 MUHAMMAD ZAIM E 38009 4,50 4,50 3,60 2,80 15,40 3,85
359 DATIK SOGIKA 8 38087 2,00 5,00 3,60 4,80 15,40 3,85
360 YULI S 38823 1,50 5,00 4,80 4,00 15,30 3,83
361 SALMA SRI H 38107 2,50 4,00 4,00 4,80 15,30 3,83
362 NAWANG WULAN K 38299 5,00 3,50 4,00 2,80 15,30 3,83
363 MUTMAINAH 38760 2,50 6,00 3,20 3,60 15,30 3,83
364 AHMAD EFENDI 38883 3,50 2,50 4,00 5,20 15,20 3,80
365 PONCO PANANTO A 38614 4,50 5,50 2,40 2,80 15,20 3,80
366 CHICHIARUMMEI 38318 5,00 5,00 3,20 2,00 15,20 3,80
367 FITRIANA AYU W 114 2,50 5,50 4,00 3,20 15,20 3,80
368 ESTRIANA 38332 2,50 5,50 4,00 3,20 15,20 3,80
369 NUR KHASANAH 38054 2,00 4,00 4,40 4,80 15,20 3,80
370 RAISARDIYANTO 38071 3,50 4,50 3,60 3,60 15,20 3,80
371 DENIK 38019 4,50 3,50 4,00 3,20 15,20 3,80
372 MEIRINA DWI N S 38324 3,00 5,00 5,60 1,60 15,20 3,80
373 WAHYU HERIAN 38174 1,50 6,00 3,60 4,00 15,10 3,78
374 MABRURI NUR A P 38234 3,50 6,00 3,20 2,40 15,10 3,78
375 AFRIGA DIMALA P 384 4 1,00 6,50 3,60 4,00 15,10 3,78
376 ADVENTIN NETTA 38602 1,00 6,50 4,40 3,20 15,10 3,78
377 SUWARJI S R S 3814 2,50 5,00 4,80 2,80 15,10 3,78
378 FERRY AMIN 38321 2,50 5,00 3,60 4,00 15,10 3,78
379 RIZKI FATHONAH 38431 2,00 5,50 4,00 3,60 15,10 3,78
380 SAVIRA F U IA 38779 3,00 4,50 6,00 1,60 15,10 3,78
381 SRI WAHONO 38041 4,00 5,00 2,40 3,60 15,00 3,75
382 ATUN PUJI L 38126 2,00 5,00 4,40 3,60 15,00 3,75
383 ETTY ISNAINI L 38181 2,50 4,50 4,00 4,00 15,00 3,75
384 DINIATI PUTRI U 38622 5,00 4,00 2,00 4,00 15,00 3,75
385 YULI SETYARINI 38093 3,50 5,00 5,20 1,20 14,90 3,72
386 AYUB SAID S 38229 3,50 5,00 3,20 3,20 14,90 3,72
387 AHMAD MUSLIMIN 3 52 3,00 5,50 4,40 2,00 14,90 3,73
388 KIKY ANJASWATI 38300 5,00 3,50 4,00 2,40 14,90 3,73
389 DEBY PERMATA S 38287 4,00 4,50 3,60 2,80 14,90 3,72
390 SALIM SUNGKAR 38231 4,00 4,50 4,00 2,40 14,90 3,73
391 FIVIANTI PUJI R 38645 1,50 5,00 5,20 3,20 14,90 3,72
392 YAHYA ABDULLAH 3 1 8 3,00 5,50 3,60 2,80 14,90 3,72
393 YOGI 38035 3,50 5,00 3,20 3,20 14,90 3,72
394 ROMI SETYAWAN 38629 4,00 4,50 3,20 3,20 14,90 3,72
395 YOGA WATI 3807* 2,50 6,00 4,40 2,00 14,90 3,73
396 AGA ANUGRAH H 38301 1,50 4,50 4,00 4,80 14,80 3,70
397 FITRI NUR A 38653 3,00 5,00 4,80 2,00 14,80 3,70
398 SABAA MAHARA I 38189 2,00 6,00 2,80 4,00 14,80 3,70
399 AYU NINGSIH 38805 1,00 5,00 5,20 3,60 14,80 3,70
400 SUNARNI 38655 2,50 3,50 4,00 4,80 14,80 3,70
401 SITI MUTMAI AH 381 7 2,00 6,00 3,20 3,60 14,80 3,70
402 IG YOSSY D H 38450 1,50 4,50 4,00 4,80 14,80 3,70
403 VINDA SH 38725 2,50 3,50 5,20 3,60 14,80 3,70
404 CANDRA A D 38098 3,50 2,50 5,20 3,60 14,80 3,70
405 BIMA SETIAWAN 38061 3,50 4,00 3,60 3,60 14,70 3,68
406 DEWI SETIA N 38264 2,50 5,00 3,20 4,00 14,70 3,68
407 HERI SUSANTO 38599 4,00 3,50 2,40 4,80 14,70 3,68
408 ENDRAYATI 38251 2,00 5,50 4,00 3,20 14,70 3,68
409 IWAN ANDRIYANTO 38741 1,00 6,50 4,80 2,40 14,70 3,68
410 YANINGSIH 38214 3,50 4,00 3,60 3,60 14,70 3,68
411 ANISSA LAILY F 38834 1,50 6,00 4,00 3,20 14,70 3,68
412 NURSIDI 3817 2,50 5,00 2,80 4,40 14,70 3,68
413 RANI PRIHATIN 385 6 2,50 4,50 2,40 5,20 14,60 3,65
414 SRI LESTARI 3812 1,00 4,00 5,60 4,00 14,60 3,65
415 ERYNDO BONDAN 38424 3,00 5,50 2,40 3,60 14,50 3,63
416 MUCSINALFARUQ 38097 1,50 5,00 4,00 4,00 14,50 3,63
417 AGUNG IKHSAN KR 38001 1,50 5,00 3,60 4,40 14,50 3,63
418 NUR FARIDA 38752 2,00 4,50 4,00 4,00 14,50 3,63
419 GEMAREPATI 38316 4,00 4,50 3,60 2,40 14,50 3,63
420 EKA SAFITRI 38039 2,50 3,50 3,60 4,80 14,40 3,60
421 WAWAN SETIAWAN 38320 2,50 3,50 4,00 4,40 14,40 3,60
422 DUTA SARI 38113 4,50 3,50 3,20 3,20 14,40 3,60
423 SHINTA LESTARI 38252 2,00 6,00 2,80 3,60 14,40 3,60
424 BAYU WIDYANTORO 38309 3,00 4,50 4,00 2,80 14,30 3,58
425 YUDI SANTOSO 38064 5,00 2,50 4,00 2,80 14,30 3,58
426 TRI ASTUTI 38260 3,00 4,50 3,20 3,60 14,30 3,58
427 VITARI RIZKY R 38489 3,00 4,50 3,20 3,60 14,30 3,58
428 SEPTINA K N 38195 2,50 7,00 3,20 1,60 14,30 3,58
429 OKTARINA M 38194 2,50 5,00 2,80 4,00 14,30 3,58
430 EKO WIDIYANTO 38038 4,00 3,50 2,80 4,00 14,30 3,58
431 MARLINDA 38117 3,50 5,50 2,40 2,80 14,20 3,55
432 LIA EVA VAROKA 3802 4,00 5,00 1,60 3,60 14,20 3,55
433 ARI PAKU SADEWO 38728 3,50 5,50 3,20 2,00 14,20 3,55
434 HELMI MEIANA Y 38155 2,00 5,00 2,00 5,20 14,20 3,55
435 YESI DARIA 38183 4,50 4,50 2,80 2,40 14,20 3,55
436 TRI NOPI YULIA 38031 4,00 5,00 3,60 1,60 14,20 3,55
437 NINIK NURWANTI 38019 2,50 4,50 2,80 4,40 14,20 3,55
438 ARIFAH LUTFIANA 38433 3,00 3,50 5,20 2,40 14,10 3,53
439 HERLINA W 38024 4,00 4,50 4,00 1,60 14,10 3,53
440 NUR INDAH S 38660 2,50 4,00 2,40 5,20 14,10 3,53
441 SRI RAHAYU 382 5 4,50 4,00 3,20 2,40 14,10 3,53
442 MUCHAMMAD 38242 3,00 3,50 3,60 4,00 14,10 3,53
443 VINA TRIBUANA D 38771 3,50 4,50 3,60 2,40 14,00 3,50
444 WAHYU SAGIANTO 38422 4,00 4,00 3,20 2,80 14,00 3,50
445 MIFTAHMUNAWARO 38114 4,50 3,50 3,20 2,80 14,00 3,50
446 YANIK K 38156 1,50 4,50 3,60 4,40 14,00 3,50
447 FINA ARDIYANTI 38331 3,00 5,00 3,20 2,80 14,00 3,50
448 MAHDINI PRABA 38313 2,50 5,50 3,60 2,40 14,00 3,50
449 RIDHO PRAYOGA 38329 1,50 4,50 4,40 3,60 14,00 3,50
450 SITHA RE MI M 38086 3,00 4,50 3,20 3,20 13,90 3,47
451 RONI HERMANTO 38099 2,50 5,00 3,20 3,20 13,90 3,47
452 HIMAWAN A 38175 1,50 6,00 4,80 1,60 13,90 3,48
453 FIYANNA AYU 385 2,50 5,00 4,00 2,40 13,90 3,48
454 FATM I R 38777 3,50 6,00 2,80 1,60 13,90 3,48
455 NANA AMALIA 38425 2,50 5,00 2,40 4,00 13,90 3,48
456 PUTRI MEKAR M 38443 1,00 6,50 2,80 3,60 13,90 3,48
457 SISWO BUDIYANTO 38628 2,50 4,50 4,40 2,40 13,80 3,45
458 SARWEDI NUGROHO 38016 2,50 4,50 2,80 4,00 13,80 3,45
459 FRANSILIA H P 38307 1,00 4,00 4,40 4,40 13,80 3,45
460 FAHMI ARYA S 38592 3,00 4,00 4,00 2,80 13,80 3,45
461 RIZKI WP 38765 2,00 7,00 1,60 3,20 13,80 3,45
462 MERINA P 38116 3,50 5,00 2,40 2,80 13,70 3,43
463 RINI DESI N S 384 0 1,50 5,00 4,00 3,20 13,70 3,43
464 RINI SETYOWATI 385 0 2,50 4,00 4,40 2,80 13,70 3,43
465 EKO PUJIANTO 38010 2,50 4,00 2,80 4,40 13,70 3,43
466 SEPTIANA DEWI 38105 3,50 3,00 2,80 4,40 13,70 3,43
467 DIMAS PUTRA P 38426 3,50 3,00 2,80 4,40 13,70 3,43
468 NIKE WAHYU P 38257 3,00 5,50 2,40 2,80 13,70 3,43
469 MERDEKA SURYO S 38271 2,50 6,00 2,00 3,20 13,70 3,43
470 JOKO SAPUTRO 38639 4,50 2,00 3,60 3,60 13,70 3,43
471 MEGA CAHYA KP 38045 1,50 5,00 3,20 4,00 13,70 3,43
472 NAFILAH 38485 1,00 5,50 3,60 3,60 13,70 3,43
473 AGUS PRAS 38600 4,50 3,50 3,60 2,00 13,60 3,40
474 IKA HARYANI 38253 1,00 5,00 4,40 3,20 13,60 3,40
475 FITRIANA 38056 2,50 5,50 2,80 2,80 13,60 3,40
476 HANAN ALAUDIN 38060 3,00 4,50 2,40 3,60 13,50 3,38
477 BELLA YOVITA 38115 2,50 4,50 3,20 3,20 13,40 3,35
478 KATRINA ARIS T 38327 2,00 5,00 2,80 3,60 13,40 3,35
479 TUTI RACHMAWATI 38100 2,00 5,00 2,80 3,60 13,40 3,35
480 DEWI LESTARI 3 1 6 3,00 4,00 3,20 3,20 13,40 3,35
481 RICKO ADITIYA 3823 3,50 5,50 2,80 1,60 13,40 3,35
482 DENIS FATRA R 38807 0,50 4,50 3,60 4,80 13,40 3,35
483 SISKA INTAN P 38446 3,50 3,00 2,80 4,00 13,30 3,33
484 SUMIYATI 38083 3,00 3,00 3,60 3,60 13,20 3,30
485 ROHMAN RIZAL A 38170 2,50 5,50 2,80 2,40 13,20 3,30
486 FIRMAN EKA P 38330 3,50 4,50 4,00 1,20 13,20 3,30
487 DIANA CHRISTY W 3812 2,50 3,50 4,00 3,20 13,20 3,30
488 AGUS SETIAWAN 38208 2,50 3,50 4,00 3,20 13,20 3,30
489 FRANS Y I N C P 38614 3,00 5,00 2,80 2,40 13,20 3,30
490 VIKY KURNIAWATI 38052 2,00 3,50 4,00 3,60 13,10 3,28
491 ENY SURYATI 3 106 2,00 5,50 3,20 2,40 13,10 3,28
492 AGUNG WS 38140 3,00 4,50 2,80 2,80 13,10 3,28
493 DANIAR SUSANTO 38148 3,50 4,00 3,20 2,40 13,10 3,28
494 ADI PRAMONO 38037 0,50 4,50 4,40 3,60 13,00 3,25
495 DEKA 3861 4,00 5,00 1,60 2,40 13,00 3,25
496 DONI 3861 3,50 3,50 2,80 3,20 13,00 3,25
497 HIKMAH RAMONA 38604 2,00 4,50 3,20 3,20 12,90 3,22
498 ERNA SEPTYAWATI 38623 2,50 3,50 4,00 2,80 12,80 3,20
499 EKO SRI LESTARI 38201 3,00 3,00 4,40 2,40 12,80 3,20
500 TATIK MUSLIMAH 38656 1,50 4,50 5,20 1,60 12,80 3,20
501 RANI SURAYA 38102 2,50 3,50 2,40 4,40 12,80 3,20
502 INTAN LIA I 38308 3,50 2,00 4,80 2,40 12,70 3,18
503 MIFTAKUL H 38044 2,50 5,00 2,40 2,80 12,70 3,18
504 CHOIRUNNISA 38228 2,50 5,00 3,20 2,00 12,70 3,18
505 RIFKI HIDAYAT 38235 2,00 3,50 5,20 2,00 12,70 3,18
506 AGUS TR I WIBWO 38522 2,00 3,50 4,00 3,20 12,70 3,18
507 AMELIA PU RI 381 3 3,00 4,50 3,20 2,00 12,70 3,18
508 GILANG ENDRA K 38233 3,00 4,50 2,80 2,40 12,70 3,18
509 HENDRA 38006 2,50 4,50 2,80 2,80 12,60 3,15
510 AGUNG BUDIANTO 38637 2,00 5,00 3,60 2,00 12,60 3,15
511 SHERA YOSSITA R 38435 1,50 5,50 3,20 2,40 12,60 3,15
512 TITIN MEGA OKTA 38268 2,00 3,00 5,20 2,40 12,60 3,15
513 MUH AZIZUL N 38023 3,00 4,00 3,20 2,40 12,60 3,15
514 IKA PUTRIANA 38069 2,00 4,50 4,00 2,00 12,50 3,13
515 ARISTA LIA 38314 3,00 3,50 3,60 2,40 12,50 3,13
516 FARUQI SETIAWAN 38169 2,50 4,00 3,20 2,80 12,50 3,13
517 ADI PRAKOSO 38312 1,50 4,50 2,40 4,00 12,40 3,10
518 RIFAI FEBRI 38881 3,00 5,00 2,00 2,40 12,40 3,10
519 NORMA MEGA MAYA 3811 2,50 3,50 3,20 3,20 12,40 3,10
520 ANAS SULIS SW 38078 2,00 3,50 3,20 3,60 12,30 3,08
521 AGUS DWI P 38005 2,50 2,50 4,00 3,20 12,20 3,05
522 IVAN SATRIAWAN 38007 2,50 4,50 2,80 2,40 12,20 3,05
523 ERISKA YOHANITA 38430 1,50 5,50 2,40 2,80 12,20 3,05
524 SETYORINI W N 38050 2,00 3,00 5,20 2,00 12,20 3,05
525 MUH INDRA L 38269 3,00 3,00 3,60 2,40 12,00 3,00
526 PAMELLA N 38802 3,50 4,00 2,80 1,60 11,90 2,98
527 AYU KUSUMA I 38051 2,00 3,50 2,80 3,60 11,90 2,98
528 RQCHIM MUSTAKIM 38880 4,00 3,50 2,00 2,40 11,90 2,98
529 CHRISTANTA 38718 3,50 3,50 3,20 1,60 11,80 2,95
530 BAYU IVAN 38017 2,00 5,00 1,60 3,20 11,80 2,95
531 RATNA KHOTIJAH 38662 1,50 3,50 3,20 3,60 11,80 2,95
532 BUDI RAHAYU 38237 2,50 4,00 1,20 4,00 11,70 2,93
533 FAIZAL JOVI A 38030 0,50 4,00 4,00 3,20 11,70 2,93
534 TRI WAHYUNING D 38154 2,00 4,50 1,60 3,60 11,70 2,93
535 AHMAD ADI P 38775 2,00 4,00 2,40 3,20 11,60 2,90
536 YANI EKA PUTRI 3807* 2,50 3,50 1,60 4,00 11,60 2,90
537 RAHMAT NUR S 38427 3,00 3,00 2,40 3,20 11,60 2,90
538 LANGI S 38434 1,50 4,00 3,20 2,80 11,50 2,88
539 AYU GALUH S 38432 3,50 3,50 2,40 2,00 11,40 2,85
540 ROMMY ADE P 38211 3,00 4,00 2,80 1,60 11,40 2,85
541 YOSHINTA A K 38085 2,50 2,50 4,40 2,00 11,40 2,85
542 RINA 38108 2,00 3,00 2,80 3,60 11,40 2,85
543 LINGGAR PUSPITA 38200 1,50 5,00 2,80 2,00 11,30 2,83
544 ROBBIANNA DWI R 38344 1,50 4,50 2,40 2,80 11,20 2,80
545 ANA OKTAVIA 38806 2,50 3,00 3,20 2,40 11,10 2,78
546 MURNIATI 38055 2,00 3,50 1,60 4,00 11,10 2,78
547 RAKA DIAN P 38626 2,00 3,50 4,00 1,60 11,10 2,78
548 BAGAS WIBISONO 38277 2,50 2,50 2,80 3,20 11,00 2,75
549 TIYA ANTARI 38499 1,00 4,00 2,80 3,20 11,00 2,75
550 MUHAMMAD RIZZA 38095 2,00 2,50 3,60 2,80 10,90 2,72
551 ROSYID ABDUL J 384 7 1,50 3,00 4,40 2,00 10,90 2,73
552 ANJAR HARJIANTO 38338 2,50 4,00 2,00 2,40 10,90 2,73
553 WINARNI 38101 1,00 3,50 2,80 3,60 10,90 2,73
554 NOVITA NUR AINI 38191 2,00 4,00 2,00 2,80 10,80 2,70
555 IBNU AHMAD T 38634 1,00 3,00 3,20 3,60 10,80 2,70
556 MUHAMMAD FAHMY 38241 1,50 3,50 2,80 2,80 10,60 2,65
557 UTAMI DEWI E 38804 1,00 4,00 4,00 1,60 10,60 2,65
558 IMAM TATA SM 38236 1,50 3,50 2,00 3,60 10,60 2,65
559 PURI BUDI P 38683 2,50 2,00 2,00 4,00 10,50 2,63
560 SITI *A *H 38441 0,50 2,00 2,80 5,20 10,50 2,63
561 NUR ROHMAN 38168 0,50 3,00 3,20 3,60 10,30 2,58
562 GILANG R P 38323 1,50 2,50 2,40 3,60 10,00 2,50
563 ACHMAD SYARIF 38166 1,50 3,00 2,00 3,20 9,70 2,42
564 SAKA N P 38615 3,00 4,00 1,20 1,20 9,40 2,35
565 GALUH AYU K 38209 0,50 3,50 2,00 3,20 9,20 2,30
566 TYAS 38780 2,00 2,50 2,00 2,40 8,90 2,23
567 EKO YULIANTO 38063 2,50 2,00 2,00 2,00 8,50 2,13
568 ARIF BUDI S 38322 1,00 3,50 1,20 2,40 8,10 2,03
569 CHINDY CLAUDIA 3 20 1,50 2,00 2,80 1,60 7,90 1,98
570 ADHI SUJARWO 38793 1,00 3,50 2,00 1,20 7,70 1,93

Rabu, 20 Februari 2008

Kesulitan Belajar Dan Bimbingan Belajar

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.

1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif . Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :

1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.

Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila :

1. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference).
2. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever.
3. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater)

Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa : (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi; dan (4) kepribadian.

1. Tujuan pendidikan Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai target tujuan-tujuan tersebut dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan, apabila siswa tidak mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar. Untuk menandai mereka yang mendapat hambatan pencapaian tujuan pembelajaran, maka sebelum proses belajar dimulai, tujuan harus dirumuskan secara jelas dan operasional. Selanjutnya, hasil belajar yang dicapai dijadikan sebagai tingkat pencapaian tujuan tersebut. Secara statistik, berdasarkan distribusi normal, seseorang dikatakan berhasil jika siswa telah dapat menguasai sekurang-kurangnya 60% dari seluruh tujuan yang harus dicapai. Namun jika menggunakan konsep pembelajaran tuntas (mastery learning) dengan menggunakan penilaian acuan patokan, seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila telah menguasai standar minimal ketuntasan yang telah ditentukan sebelumnya atau sekarang lazim disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebaliknya, jika penguasaan ketuntasan di bawah kriteria minimal maka siswa tersebut dikatakan mengalami kegagalan dalam belajar. Teknik yang dapat digunakan ialah dengan cara menganalisis prestasi belajar dalam bentuk nilai hasil belajar.

2. Kedudukan dalam Kelompok Kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya akan menjadi ukuran dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi belajar di bawah prestasi rata-rata kelompok secara keseluruhan. Misalnya, rata-rata prestasi belajar kelompok 8, siswa yang mendapat nilai di bawah angka 8, diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian, nilai yang dicapai seorang akan memberikan arti yang lebih jelas setelah dibandingkan dengan prestasi yang lain dalam kelompoknya. Dengan norma ini, guru akan dapat menandai siswa-siswa yang diperkirakan mendapat kesulitan belajar, yaitu siswa yang mendapat prestasi di bawah prestasi kelompok secara keseluruhan.
Secara statistik, mereka yang diperkirakan mengalami kesulitan adalah mereka yang menduduki 25 % di bawah urutan kelompok, yang biasa disebut dengan lower group. Dengan teknik ini, kita mengurutkan siswa berdasarkan nilai nilai yang dicapainya. dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah, sehingga siswa mendapat nomor urut prestasi (ranking). Mereka yang menduduki posisi 25 % di bawah diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Teknik lain ialah dengan membandingkan prestasi belajar setiap siswa dengan prestasi rata-rata kelompok. Siswa yang mendapat prestasi di bawah rata – rata kelompok diperkirakan pula mengalami kesulitan belajar.

3. Perbandingan antara potensi dan prestasi Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa akan tergantung dari tingkat potensinya, baik yang berupa kecerdasan maupun bakat. Siswa yang berpotensi tinggi cenderung dan seyogyanya dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya, siswa yang memiliki potensi yang rendah cenderung untuk memperoleh prestasi belajar yang rendah pula. Dengan membandingkan antara potensi dengan prestasi belajar yang dicapainya kita dapat memperkirakan sampai sejauhmana dapat merealisasikan potensi yang dimikinya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila prestasi yang dicapainya tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Misalkan, seorang siswa setelah mengikuti pemeriksaan psikologis diketahui memiliki tingkat kecerdasan (IQ) sebesar 120, termasuk kategori cerdas dalam skala Simon & Binnet. Namun ternyata hasil belajarnya hanya mendapat nilai angka 6, yang seharusnya dengan tingkat kecerdasan yang dimikinya dia paling tidak dia bisa memperoleh angka 8. Contoh di atas menggambarkan adanya gejala kesulitan belajar, yang biasa disebut dengan istilah underachiever.

4. Kepribadian Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang akan tercerminkan dalam seluruh kepribadiannya. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam aspek kepribadian. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola-pola kepribadian tertentu, sesuai dengan tujuan yang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa diakatan mengalami kesulitan belajar, apabila menunjukkan pola-pola perilaku atau kepribadian yang menyimpang dari seharusnya, seperti : acuh tak acuh, melalaikan tugas, sering membolos, menentang, isolated, motivasi lemah, emosi yang tidak seimbang dan sebagainya.
Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Identifikasi kasusIdentifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni :

a. Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.

b. Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.

c. Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.

d. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.

e. Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial

2. Identifikasi MasalahLangkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial – material; (b) struktural – fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang.

3. DiagnosisDiagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu : (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.

4. PrognosisLangkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus - kasus yang dihadapi.

5. Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus)
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.

6. Evaluasi dan Follow UpCara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.
Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu :
• Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas;
• Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan, dan
• Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.
Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang telah diberikan, yaitu apabila:
1. Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi.
2. Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.
3. Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan dirinya dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).
4. Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release).
5. Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya
6. Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional.
7. Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha –usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya


Jumat, 15 Februari 2008

Menelusuri Kecemasan Pada Remaja

Bila banyak pihak mencemaskan individu yang berada pada masa remaja, bagaimana dengan kecemasan yang dialami pada remaja itu sendiri?

Period of storm and stress
Banyak alasan mengapa masa remaja menjadi sorotan yang tidak lekang waktu. Psikologi sendiri memandang periode ini sebagai periode yang penuh gejolak dengan menamakan period of storm and stress. Arnett menarik tiga tantangan tipikal yang secara general biasa dihadapi oleh remaja; (1) konflik dengan orangtua, (2) perubahan mood yang cepat, dan (3) perilaku beresiko (dalam Laugesen, 2003)
Peran teman sebaya yang mulai ‘menggeser’ peran orangtua sebagai kelompok referensi tidak jarang membuat tegang hubungan remaja dan orangtua. Teman sebaya menjadi ukuran bahkan pedoman dalam remaja bersikap dan berperilaku. Meskipun demikian studi Stenberg menemukan bahwa teman sebaya memang memiliki peran yang penting bagi remaja, namun pengaruh teman sebaya cenderung pada hal-hal yang berhubungan dengan gaya berpakaian, musik dan sebagainya. Sementara untuk nilai-nilai fundamental, remaja cenderung tetap mengacu pada nilai yang dipegang orangtua termasuk dalam pemilihan teman sebaya, biasanya juga mereka yang memiliki nilai-nilai sejenis (dalam Perkins,2000).




Benarkah demikian? Agaknya para orangtua harus berbesar hati dan membuka diri agar tidak tertipu oleh model rambut, mode pakaian, musik yang berdebum di kamar remaja, juga gaya bahasa yang tidak jarang membuat telinga terasa penuh. Kedekatanlah yang bisa membuka mata dan hati untuk melihat lebih jernih nilai-nilai yang sebenarnya dipegang remaja. Bukankah penemuan Stenberg menjadi angin segar dan harapan yang menggembirakan di mana orangtua atau keluarga tetap menjadi model utama. Hanya penampilan tentu tidak selalu sama, era digital bukankah membawa berjuta pilihan? Tidak hanya bagi remaja, tetapi juga orangtua.
Mood yang naik turun juga sering terdengar dari celetukan remaja, “Bete niiih..” Ada dua mekanisme di mana mood mempengaruhi memori kita. (1) Mood-dependent memory ,suatu informasi atau realita yang menimbulkan mood tertentu, atau (2) Mood congruence effects, kecenderungan untuk menyimpan atau mengingat informasi positif kala mood sedang baik, dan sebaliknya informasi negatif lebih tertangkap atau diingat ketika mood sedang jelek (Byrne & Baron, 2000). Bisa dibayangkan bagaimana perubahan mood yang cepat pada remaja terkait dengan kecemasan yang mungkin terbentuk.
Remaja juga mempunyai reputasi berani mengambil resiko paling tinggi dibandingkan periode lainnya. Hal ini pula yang mendorong remaja berpotensi meningkatkan kecemasan karena kenekatannya sering mengiring pada suatu perilaku atau tindakan dengan hasil yang tidak pasti. Keinginan yang besar untuk mencoba banyak hal menjadi salah satu pemicu utama. Perilaku nekat dan hasil yang tidak selalu jelas diasumsikan Arnett membuka peluang besar untuk meningkatnya kecemasan pada remaja (dalam Laugesen, 2003)

Empat model kognitif bagi kecemasan remaja.
Laugesen (2003) dalam studinya tentang empat model kognitif yang digagas oleh Dugas, Gagnon, Ladouceur dan Freeston (1998) menemukan bahwa empat model kognitif tersebut efektif bagi pencegahan dan perlakuan terhadap kecemasan pada remaja. Kecemasan merupakan fenomena kognitif, fokus pada hasil negatif dan ketidakjelasan hasil di depan. Hal ini didasari dari definisi Vasey & Daleiden (dalam Laugesen,2003) berikut;
“Worry in childhood and adolescence has been defined as primarily an anticipatory cognitive process involving repetitive, primarily verbal thoughts related to possible threatening outcomes and their potential consequences.”
Empat model kognitif itu ialah (1) tidak toleran (intoleransi) terhadap ketidakpastian, (2) keyakinan positif tentang kecemasan, (3) orientasi negatif terhadap masalah, serta (4) penghindaran kognitif.

Pemahaman tiap variabel tersebut;
(1) intoleransi terhadap ketidakpastian merupakan bias kognitif yang mempengaruhi bagaimana seseorang menerima, menginterpretasi dan merespons ketidakpastian situasi pada tataran kognitif, emosi dan perilaku;
(2) sejumlah studi menunjukkan bahwa orang yang meyakini bahwa perasaan cemas dapat membimbing pada hasil positif seperti solusi yang lebih baik dari masalah, meningkatkan motivasi atau mencegah dan meminimalisir hasil negatif, dapat membantu mereka dalam menghadapi ketakutan dan kegelisahan;
(3) orientasi negatif terhadap masalah merupakan seperangkat kognitif negatif yang meliputi kecenderungan untuk menganggap masalah sebagai ancaman, memandangnya sebagai sesuatu yang tidak dapat dipecahkan, meragukan kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah, menjadi merasa frustrassi dan sangat terganggu ketika masalah muncul;
(4) penghindaran kognitif dikonsepsikan dalam dua cara, yakni (a) proses otomatis dalam menghindari bayangan mental yang mengancam dan (b) strategi untuk menekan pikiran-pikiran yang tidak diinginkan.
Studi Laugesen (2003) secara khusus menunjukkan dua hal penting yang bisa menjadi acuan; (1) intoleransi terhadap ketidakpastian dan orientasi negatif terhadap masalah merupakan target utama baik dalam pencegahan maupun perlakuan pada kecemasan yang berlebihan dan tidak terkendali pada remaja, (2) intoleransi terhadap ketidakpastian juga menjadi konstruk utama dalam kecemasan remaja. Hal lain yang sangat menarik dalam temuan Laugesen adalah intoleransi pada remaja berkorelasi dengan persepsi tentang tugas ambigu, namun tidak dengan kecemasan. Hal ini menunjukkan bahwa intoleransi dan kecemasan sebagai konstruk yang unik.
Intoleransi menjadi kunci penting dalam memahami kecemasan pada remaja. Secara logika bisa dipahami bahwa ketidakmampuan individu dalam menerima ketidakpastian sebagai salah satu kenyataan yang akan dihadapi cukup menggambarkan diri orang tersebut. Hal ini juga menarik untuk kembali melirik teori dan studi tentang diri. Laugesen (2003) juga menguji tingkat kecemasan (tinggi dan rendah), di mana intoleransi tetap berperan di dalamnya. Remaja atau individu yang bagaimana tepatnya yang berpeluang untuk mengalamai kecemasan tinggi, tidak terkendali, atau yang wajar?

Siapa Anda? Siapa saya?

Pada model kognitif orientasi negatif pada masalah, individu juga memiliki kecenderungan untuk meragukan kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah yang datang. Hal ini menunjukkan peran self-efficacy dalam pembentukkan rasa cemas. Bandura (dalam Brown, 2005) menyatakan self-efficacy sebagai “a belief that one can perform a specific behavior,” dan “Self-efficacy is concerned not with the skills one has but with judgement of what one can do with whatever skills one possesses.” Individu dengan self-efficacy tinggi meyakini bahwa kerja keras untuk menghadapi tantangan hidup, sementara rendanhya self-efficacy kemungkinan besar akan memperlemah bahkan menghentikan usaha seseorang.
Pencarian identitas menjadi salah satu aikon pada masa remaja. Hal ini membawa kita untuk menelisik lebih jauh tentang self-concept yang ada maupun yang sedang terbentuk. Konsep diri merupakan cara individu memandang dirinya sendiri. Baron & Byrne (2000) merumuskan sebagai berikut, “self concept is one’s self identity, a schema consisting of an organized collection of beliefs and feelings about oneself.” Konsep diri berkembang sejalan dengan usia, namun juga merespons umpan balik yang ada, mengubah lingkungan seseorang atau status dan interaksi dengan orang lain. Pertanyaan “Siapa Anda? Siapa saya?” menjadi inti studi psikologi tentang konsep diri. Rentsch & Heffner (1994, dalam Byrne & Baron, 2000) menyimpulkan dari sekian ragam jawaban atas pertanyaan tersebut dalam dua kategori; (1) aspek identitas sosial dan (2) atribusi personal. Sebagian dari kita akan menjawab, Saya adalah arsitek, penulis, mahasiswa, dan lain sebagainya yang mengacu pada identitas sosial seseorang. Sebagian dari kita yang lain akan menjawab Saya periang, terbuka, pemalu, dan sebagainya yang lebih merujuk pada atribusi diri.
Sementara Rogers (2001) membagi konsep diri dalam dua kategori yang sedikit berbeda yakni (1) personal dan (2) sosial. Konsep diri personal adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri dari kacamata diri, misalnya “Saya merasa sebagai seorang yang terbuka terhadap kritik.” Sedangkan konsep diri sosial berangkat dari kacamata orang lain, seperti, “Teman-teman di kampus melihat saya sebagai orang yang keras kepala,” biasanya kalimat ini akan berlanjut dengan koreksi dari pandangan dirinya sendiri seperti “…padahal saya hanya mempertahankan pendapat saya saja.” Atau justru kalimat yang membenarkan pandangan lingkungan terhadap diri, seperti “…memang saya merasa susah menerima perbedaan sih..” Rogers menambahkan bahwa konsep diri individu yang sehat adalah ketika konsiten dengan pikiran, pengalaman dan perilaku. Konsep diri yang kuat bisa mendorong seseorang menjadi fleksibel dan memungkinkan ia untuk berkonfrontasi dengan pengalaman atau ide baru tanpa merasa terancam.
Lebih lanjut, pembahasan konsep diri membawa kita pada self-esteem, sebagai evaluasi atau sikap yang dipegang tentang diri sendiri baik dalam wilyah general maupun spesifik. Para ahli psikologi mengambil perbandingan antara konsep diri dengan konsep diri ideal atau yang diinginkan. Semakin kecil perbedaan atau diskrepansi antara keduanya, semakin tinggi self-esteem seseorang, “He/she is what he/she wants to be.” Salah satu hasil yang dituju dalam terapi Rogerian (self-centered therapy) adalah peningkatan self-esteem atau menurunkan gap antara diri dan diri ideal dalam seseorang.

Budaya & Perkembangan Budaya
Satu lagi yang perlu dipertimbangkan adalah faktor budaya. Perbedaan budaya memiliki pengaruh pada individu dalam menilai pengalaman emosi. Studi menunjukkan, di masyarakat kolektif, self critical menjadi norma, sementara di masyarakat individual, self enhancement yang berlaku (Baron & Byrne,2000). Hal ini memberikan sedikit petunjuk tentang apa yang menjadi obyek perhatian individu dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Apakah memang faktor eksternal yang lebih menentukan kecemasan remaja di masyarakat kolektif seperti Indonesia, di mana individu akan sangat terganggu jika tidak bisa memenuhi aturan main yang berkembang dengan lingkungan terutama teman sebaya? Ataukah justru pencapaian diri sudah mencuri perhatian remaja sebagai dampak dari era keterbukaan dengan kecanggihan teknologi informasi?

Masih terbuka banyak jalan untuk memahami kecemasan yang dialami remaja. Melengkapi studi Laugesen, self-efficacy, self-concept, self-esteem dan budaya menanti untuk digali khususnya pada remaja di Indonesia.

Senin, 04 Februari 2008

PROFIL SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

Gedung SMA Muhammadiyah 2 Surakarta nampak dari depan.